Dari Pop Romantis hingga Ska Ceria, Main-Main di Cipete Vol. 32 Hadirkan Malam Penuh Warna

Para penampil dan crew Main-Main di Cipete Vol. 32 (Foto : Jack Andie)

LewatLensa.com – Senin malam, 27 Oktober 2025, suasana hangat kembali terasa di Casatopia Cafe, Cipete, Jakarta Selatan. Ruang kecil yang kerap menjadi rumah bagi musisi independen itu dipenuhi tawa, tepuk tangan, dan alunan musik dari gelaran Main-Main di Cipete Vol. 32 — sebuah acara mingguan yang terus konsisten menjadi ruang pertemuan komunitas musik lokal.

Eno Suratno Wongsodimedjo dan Qenny Alyanno (Foto : Jack Andie)

Dipandu oleh dua figur yang telah menjadi wajah akrab di skena ini, Eno Suratno Wongsodimedjo dan Qenny Alyanno, acara berlangsung cair dan bersahabat. Dengan gaya khas mereka, keduanya berhasil membuat setiap penonton merasa seperti sedang menikmati musik di ruang tamu sendiri — hangat, santai, dan penuh energi positif.

Malam Lima Warna

Lima penampil lintas genre mengisi panggung Casatopia malam itu, masing-masing membawa nuansa dan karakter musikal yang berbeda.

Bryan D (Foto : dok. IG @bryanandies)

Bryan D membuka acara dengan energi pop yang ringan dan romantis. Lagu-lagu seperti “Bila Nanti” dan “Everything With You” menyoroti tema cinta dan pencarian jati diri, menandai langkah awal yang manis bagi penyanyi muda ini di skena independen.

Araash Band (Foto : Jack Andie)

Penampil berikutnya, Araash Band — proyek musik yang berawal dari OAJIL pada 2019 — membawa semangat alternatif yang kental. Setelah sempat vakum selama pandemi, band asal Bekasi ini kini kembali dengan semangat baru. Lagu-lagu seperti “My Friend” dan “Bila Ku Lelah” yang sudah dirilis di berbagai platform digital berhasil memikat penonton dengan lirik reflektif dan aransemen indie rock yang solid.

Santi Danametta (Foto : Jack Andie)

Dari sisi lain, Santi Danametta, penyanyi sekaligus penulis lagu yang baru merilis album debutnya, tampil penuh emosi. Ia membawakan “15 Tahun” dan “Senja Berwarna”, dua lagu yang menjadi cerminan perjalanannya menelusuri luka, bahagia, dan refleksi kehidupan.

Mizura Gang’s (Foto : Jack Andie)

Suasana kemudian berubah menjadi lebih riang ketika Mizura Gang’s mengambil alih panggung. Dengan warna ska dan rocksteady yang kental, mereka menghadirkan “Terbawa Suasana” dan “Jangan Lari dari Masalah” — lagu-lagu dengan semangat sosial dan pesan kebersamaan yang kuat. Ritme ceria mereka sukses membuat penonton bergoyang bersama.

Satrio Band (Foto : Jack Andie)

Sebagai penutup, Satrio Band menghadirkan sentuhan pop romantis melalui lagu “Pemikat Hati” dan “Akhir Pekan”. Nuansa chill dan R&B yang mereka bawa menjadi penutup manis malam itu, sekaligus menghidupkan suasana penuh keceriaan di penghujung acara.

Musik, Komunitas, dan Kebersamaan

Main-Main di Cipete telah menjelma menjadi lebih dari sekadar pertunjukan musik mingguan. Ia adalah ruang temu bagi ide, kolaborasi, dan dukungan antar-musisi. Dengan format inklusif dan gratis untuk publik, acara ini terus memperluas jangkauan komunitas musik independen, menghadirkan interaksi langsung antara musisi dan penonton dalam suasana yang egaliter.

Gelaran Main-Main di Cipete Vol. 32 kembali menegaskan satu hal penting: bahwa musik lokal bukan sekadar hiburan, tetapi juga bentuk kehidupan sosial dan budaya yang terus tumbuh. Dari pop hingga ska, dari introspektif hingga riang, semuanya berpadu dalam satu semangat — merayakan musik, bersama-sama.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.