
LewatLensa.com – Kabupaten disebut sebagai motor utama pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Hal ini ditegaskan melalui kolaborasi Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) bersama Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL)dan mitra strategis dalam ajang Sustainable Districts Outlook (SDO) 2025 yang digelar pada 27–28 Agustus 2025.
SDO 2025 hadir sebagai wadah untuk menampilkan inovasi lokal, solusi nyata pembangunan hijau, serta penguatan ekosistem yang berketahanan iklim.
Dalam pembukaan, Hilmar Farid (Founder Jalin Indonesia) mengingatkan bahwa dunia tengah menghadapi krisis fundamental. “Kita hidup di era kompleksitas ketidakpastian. Krisis politik, sosial, hingga deforestasi saling berkaitan, menciptakan instabilitas global. Sudah waktunya kabupaten berdiri sendiri, bukan hanya sebagai pelengkap,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Bima Arya Sugiarto, Wakil Menteri Dalam Negeri. Ia menekankan urgensi isu iklim. “Istilah saat ini bukan lagi global warming, tapi global boiling. Indonesia menargetkan net zero emission pada 2045. Narasi lokal yang tumbuh organik harus diperkuat dengan kebijakan formal, green leadership, serta kaderisasi aktivis muda,” ujarnya.
Mengusung tema “Kabupaten Bergerak”, SDO 2025 menampilkan praktik baik yang berkembang di kabupaten anggota LTKL. Kepala Sekretariat LTKL, Ristika Putri Istanti, menegaskan bahwa media dan publik berperan penting menyebarkan cerita keberhasilan transformasi berkelanjutan dari tingkat lokal.
Sementara itu, Mohammad Rizal Intjenae, Bupati Sigi sekaligus Ketua Umum LTKL 2025–2028, menyoroti potensi besar daerahnya. Dari cagar biosfer dunia Taman Nasional Lore Lindu hingga kopi unggulan Sigi, ia yakin pertanian dan pariwisata dapat menjadi kekuatan utama kabupaten. “Bergabung dengan LTKL membawa keuntungan investasi berkelanjutan bagi Sigi, yang kini sudah mencapai lebih dari Rp36 miliar,” jelasnya.
Dewan Pembina LTKL, Fitrian Adriansyah, menekankan pentingnya integrasi investasi dengan konservasi. “Komoditas unggulan kabupaten punya peluang besar, tetapi konsistensi menjadi tantangan utama. ESG kini menjadi standar global. Integrasi keberlanjutan bukan hanya etis, tapi juga strategi bisnis yang relevan bagi investor dan konsumen internasional,” katanya.
Lebih dari sekadar perhelatan tahunan, SDO 2025 menjadi ruang temu strategis antara kabupaten dan mitra untuk memperkuat kolaborasi. Melalui ekosistem yang solid, kabupaten didorong bergerak menuju pembangunan lestari, mandiri, dan berdaya saing—baik di tingkat nasional maupun global.