Menteri Australia Nikmati “Gado-Gado” Ananda Sukarlan

Ananda Sukarlan dan Tony Burke (Foto : Istimewa)

LewatLensa.com – Pada Selasa, 3 Desember 2024 lalu Indonesia dikunjungi oleh Menteri Immigration and Multicultural Affairs yang juga merangkap Menteri Kesenian (Minister for the Arts) Australia saat ini, Tony Burke MP. Tony Burke telah dikenal dengan kontribusinya yang besar untuk dunia kesenian Australia dengan pendanaan berbagai institusi kebudayaan dan membangun badan Creative Australia.

Tony Burke juga telah berkontribusi untuk musik klasik Indonesia dengan merealisasikan kunjungan dua musisi suku Aborigin untuk berpartisipasi sebagai solois di G20 Orchestra yang dibentuk oleh Ananda Sukarlan atas mandat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, saat pertemuan menteri-menteri Kebudayaan negara-negara G20 di Candi Borobudur bulan September 2022. Di acara yang merupakan pertunjukan perdana G20 Orchestra tersebut mereka mempagelarkan mahakarya “The Voyage to Marege’ ” karya Ananda Sukarlan yang mengisahkan perjalanan para pelaut Makassar ke pesisir utara Australia yang merupakan kejadian imigrasi pertama ke Australia seabad sebelum kedatangan Captain James Cook. Karya orkes simfoni yang megah ini menggabungkan 70 pemain musik klasik dan musikus-musikus pribumi Australia, menggabungkan musik dari dua latar belakang berbeda dan secara keseluruhan didasarkan dari buku dengan judul yang sama tulisan Campbell Macknight dan juga telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Anwar Jimpe Rachman dan Ihsan Natsir, diterbitkan oleh penerbit Ininnawa.

Pada malam hari kunjungan Tony Burke ke Jakarta diadakan jamuan makan malam di kediaman Duta Besar Australia, Penny Williams PSM yang dihadiri sekitar 40 tokoh-tokoh kesenian terkemuka Indonesia seperti desainer busana Auguste Soesastro, Deputy Director dari Museum Macan Cindy Tan, manager artis serta mantan penari ballet Linda Hoemar dan Chendra Effendy Panatan, koreografer dan penari Maria Darmaningsih dan Angelina Arcana dan pemimpin Jakarta Fashion Week serta Presiden Direktur Femina Group Svida Alisjahbana. Disajikan kuliner Indonesia antara lain gado-gado dan sate ayam. Sebelum jamuan dimulai, Ananda Sukarlan diminta mempersembahkan karyanya yang ditulis untuk memperingati hubungan 75 tahun diplomasi Australia – Indonesia awal tahun ini di piano Yamaha yang berada di kediaman Dubes dan telah dipersiapkan khusus untuk dimainkannya. Sang Maestro pun beranjak dan memainkan karyanya, “I Wish Matilda Had Waltzed to Minang”.

Ananda Sukarlan (Foto: Istimewa)

“Kita makan gado-gado, makanan yang mencampur elemen-elemen yang sangat berbeda tapi bisa menyatu dengan nikmat. Musik saya konsepnya sama. Saya menggabungkan lagu Australia ‘Waltzing Matilda’ (ditulis oleh Banjo Paterson tahun 1895) dan lagu Minang ‘Kampuang Nan Jauh Di Mato’ dimainkan bersamaan dengan dua tangan. Dua musik yang sangat berbeda, juga dari latar belakang budayanya. Sama gado-gadonya, tapi musik lebih mengena, karena kan kata William Shakespeare [penulis terkemuka Inggris] Music is the food of love”, jelas Ananda Sukarlan kepada LewatLensa.com .

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif RI, Irene Umar turut hadir dan menyimak permainan Ananda. Setelah bermain, Menteri Tony Burke terlihat antusias memeluk Ananda. Ananda Sukarlan dan manajernya Chendra Effendy Panatan yang malam itu keduanya menggunakan busana Batik Alleira beserta kedua menteri Tony Burke dan Irene Umar serta dubes Penny Williams kemudian menikmati santapan makan malam di satu meja sambil berbincang-bincang selama sekitar satu jam, sebelum Tony Burke berpamitan kepada para tamu, berfoto bersama dan pulang ke hotelnya.

Tahun depan Ananda telah diminta untuk bekerjasama lagi dengan para seniman Aborigin membuat karya baru yang merupakan “perkawinan” seni Aborigin dan Indonesia. Ananda juga diundang ke Australian Institute of Music (AIM) di Sydney untuk mengajar dan menjadi “composer in residence”.

“Karya baru saya ini seperti ‘sequel’ dari The Voyage to Marege’ yang saya tulis tahun 2017 setelah saya diundang untuk tinggal bersama para pribumi di Nhulunbuy, dekat Darwin. Saya mengagumi Australia yang menghargai dan memanfaatkan pentingnya aset kesenian, pelestarian kebudayaan aslinya, pertukaran kebudayaan dan para senimannya untuk hubungan diplomasi yang sangat efektif”, Ananda menutup pernyataannya kepada lewatlensa.com

Ananda Sukarlan bersama Tony Burke , Penny Williams dan Irene Umar (Foto : Istimewa)

Hubungan Ananda Sukarlan dengan Australia sudah terjalin sejak tahun 2000, di mana koran Sydney Morning Herald menulisnya sebagai “One of the world’s leading pianists (…) at the forefront of championing new piano music”. Komponis Australia yang dianggap paling penting dalam mengimplimentasi identitas Australia dalam musik klasik, Peter Sculthorpe, telah menuliskan karya piano khusus untuk Ananda, yang kemudian disusul dengan para komponis lainnya seperti Betty Beath, Elena Kats Chernin dan Barry Conyngham dan telah dimainkan Ananda di berbagai negara. Radio Australian Broadcasting Corporation telah merekam semua hasil karya kolaborasi Ananda Sukarlan dengan para komponis Australia tersebut. Karya-karya Ananda pun telah menjadi bagian dari repertoire musikus Australia dan menjadi bahan tesis dan disertasi di berbagai konservatorium dan fakultas musik di Australia.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.